Minggu, 22 Mei 2016

Transportasi Penghambat Pertumbuhan Ekonomi


Kota Hujan, sebutan untuk anak dari Ibu kota yang berada di provinsi Jawa Barat. Kota ini berada tepat di wilayah selatan Jakarta, dengan jarak tempuh 59 Km hingga sampai di Kota Hujan. Curah hujan yang tinggi menyebabkan kota ini hampir tidak pernah kering di musim hujan terutama pada senja hari.

Bogor berada tepat pada kaki Gunung Salak dan Gunung Gede. Lokasi ini menyebabkan kota bogor memiliki kekayaan alam berlimpah berupa tanah yang subur disebabkan adanya lapisan dari endapan erupsi vulkanik semasa lampau dari gunung yang pernah aktif. Selain adanya Gunung Salak dan Gunung Gede, Kota Bogor juga memiliki berbagai macam gunung dengan variasi ketinggian yang berbeda.

Pertanian dan perkebunan merupakan mata pencaharian yang menjadi keunggulan perekonomian di daerah dataran tinggi. Selain karena tanahnya yang kaya akan unsur hara, daerah dataran tinggi memiliki sumber energi alternatif berupa angin dan air yang menyebabkan daerah ini terbantu dalam bidang pertanian dan perkebunan. Bahan tambang mineral merupakan komoditi unggulan selain dibidang pertanian dan perkebunan. Produk tambang yang dihasilkan berupa; bauksit, emas, bijih besi, serta batuan kapur.

Wilayah dari batuan kapur disebut juga sebagai kawasan Karst yang berada pada Kampung Cibuntu di Kecamatan Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Terlihat dari keadaan wilayah yang masih sangat sederhana, sehingga berpengaruh pada akses transportasi yang cukup sulit untuk dijangkau dikarenakan kondisi jalan yang tidak mendukung untuk wilayah yang dikelilingi gunung serta tebing. Saran muncul dari berbagai kalangan masyarakat yang berkunjung didaerah ini, akan tetapi masalah yang dimiliki oleh warga setempat adalah dana yang harus dikeluarkan untuk membangun akses keluar kampung. Dana yang dikeluarkan warga tidak sebanding dengan keuntungan yang akan diperoleh. Selain itu, minimnya dukungan pemerintah dalam pembangunan infrastruktur daerah menjadi hambatan dalam merealisasikan perbaikan jalan tersebut.

Desa ini hanya dapat diakses menggunaan mobil pick-up karena kendaraan ini merupakan yang paling aman di bandingkan jika harus menggunakan sepeda motor ataupun kendaraan pribadi lainnya. Selain membahayakan keselamatan, menggunakan kendaraan kecil seperti motor maupun sepeda memiliki peluang yang lebih besar untuk merusak kendaraan itu sendiri.

Akses transportasi yang sulit dijangkau, menyebabkan masyarakat di daerah ini lebih memilih bercocok tanam, berkebun, berternak dan juga berladang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, dari pada harus pergi ke  pasar untuk berdagang. Baik untuk dikonsumsi pribadi maupun sebagai alat komoditas perdagangan. Tanaman yang ditanam oleh masyarakat setempat memiliki ragam jenis yang bervariasi seperti; padi, timun suri, tomat, cabai, gambas dan sayuran lainnya. Ladang yang dimiliki oleh masyarakat sekitar berupa daerah persawahan, berbeda dengan ladang pada umumnya. Tidak menggunakan tehnik terasering dalam penanamannya yang dialiri irigasi, ladang pada daerah ini ditanam secara langsung di atas tanah.

 

            Di lihat dari potensi tanah yang subur, sangat disayangkan jika hasil dari pertanian dan peternakan di desa ini hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat itu sendiri. Akan lebih menguntungkan jika hasil nya di perdagangkan sehingga akan membantu meningkatkan rata rata pendapatan penduduk desa.

Sedangkan untuk bidang peternakan, masyarakat mayoritas berternak kambing dan jenis unggas berupa ayam. Potensi lahan rerumputan yang luas dan subur memudahkan peternak untuk memelihara hewan ternak. Sering kali daerah ini dikunjungi oleh pendatang dari kota untuk membeli hasil pertanian dan peternakan yang akan dijual kembali di kota. Karena akses menuju desa ini terbilang masih cukup sulit untuk dijangkau, kegiatan ini tidaklah dapat dilakukan dengan rutin. Sehingga, harga yang diberikan penjual dipasar setelahnya relatif mahal. Hal ini di karenakan biaya menuju ke desa ini relatif lebih mahal, sehingga untuk menyeimbangkan pengeluaran dengan keuntungan yang di dapat, harga yang dijual menjadi lebih tinggi.

Kendala pada akses menuju jalan masuk desa juga memberikan pengaruh yang signifikan kepada aspek pendidikan yang di desa ini. Desa ini hanya memiliki sebuah sekolah sebagai sarana pendidikan dari anak daerah dalam mengenyam pendidikan dasar. Tingkatan pendidikan yang dimiliki hanya setingkat madrasah ibtidaiyyah atau dikenal dengan setingkat sekolah dasar saja. Untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, masyarakat desa harus menuruni lereng gunung dan menuju desa di bawah kaki gunung untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik beruapa sekolah lanjutan. Hal ini yang menyebabkan tingkat putus sekolah pada anak daerah tersebut terbilang cukup tinggi. Mayoritas masyarakat yang perekonomiannya menengah kebawah, tiidak menyanggupi untuk memfasilitasi melakukan pendidikan diluar daerah yang memerlukan dana yan cukup besar. Sehingga, para orangtua didesa ini memilih agar anak-anak mereka yang telah mengenyam pendidikan dasar, membantu mereka diladng dan tidak lagi melanjutkan pedidikan ketingkat yang lebih tinggi.
            Melihat banyaknya masalah yang di hadapi oleh desa ini menyangkut akses jalan untuk transportasi menuju desa, maka dibutuhkan peran dari pemerintah sebagai naungan dari keluhan masyarakat. Peran pemerintah sangat mempengaruhi bagi kemajuan desa ini untuk kedepannya. Dana APBD yang telah dianggarkan oleh pemerintah, tidak dapat lepas tangan dari kepedulian untuk pembangunan akses jalan yang lebih baik menuju salah satu desa di daerah Bogor ini. Sehingga, kegiatan sehari hari masyarakat akan lebih mudah dan akan menjadi udara baru bagi masyarakat setempat untuk mengoptimalkan perekonomian di Desa. (Oleh : Tim Pengembaraan Divisi Penelusuran Goa 2016)

0 komentar:

komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Top WordPress Themes